Selasa, 24 Mei 2011

ASUHAN KEPERAWATAN MICROCEPHALUS

A.     Pengertian
Microcephalus (microcephaly) adalah kondisi yang sangat langka di mana otak tidak tumbuh pada tingkat yang diharapkan dan fisik hasil di lingkar kepala anak yang lebih kecil dari biasanya. Seorang anak dengan Microcephalus mungkin tidak memiliki gejala lain dari ukuran kepala mereka. Seorang anak dengan Microcephalus mungkin memiliki kemampuan yang normal untuk berpikir dan memahami. Setiap anak berbeda dan gangguan mampu mempengaruhi anak-anak dengan cara yang berbeda
Ada dua jenis Microcephalus; primer dan sekunder. Kedua jenis hasil Microcephalus pada anak yang memiliki kepala kecil, namun gejala lain yang tidak sama.
·         Microcephalus Primer (hadir sejak lahir) seringkali tidak memiliki gejala-gejala yang terkait.
·         Microcephalus sekunder (berkembang kemudian) dapat memiliki berbagai gejala tergantung pada kondisi yang menyebabkan gangguan tersebut
Mikrosefalus adalah kelainan otak dengan ukuran kepala lebih kecil dari ukuran kepala rata-rata berdasarkan umur dan jenis kelamin. Kepala dikatakan lebih kecil jika ukuran lingkar kepala kurang dari 42 cm atau lebih kecil dari standar deviasi 3 dibawah angka rata-rata.
Mikrosefalus seringkali terjadi akibat kegagalan pertumbuhan otak pada kecepatan yang normal. Beberapa penyakit yang memengaruhi pertumbuhan otak dapat menyebabkan mikrosefalus. Mikrosefalus seringkali berhubungan dengan keterbelakangan mental. Mikrosefalus dapat terjadi setelah infeksi yang menyebabkan kerusakan pada otak pada bayi yang sangat muda (misalnya meningitis dan meningoensefalitis).

B.      Etiologi
·         Kelainan genetic
·         kekurangan oksigen setelah paparan kelahiran dan kehamilan
·          narkoba dan alkohol.
·         Infeksi dan/atau intoxikasi
·          Rudapaksa dan/atau sebab fisik lain 
·         Gangguan metabolisme, pertumbuhan gizi atau nutrisi
·         Penyakit otak yang nyuata (kondisi setelah lahir/post natal)
·         Akibat penyakit atau pengaruh sebelujm lahir (pre-natal) yang tidak diketahui.
·          Akibat kelainan kromosommal.
·         Gangguan saat kehamilan (gestational disorders)
·         Gangguan pasca psikiatrik/gangguan jiwa berat (post –psychiatrik disorsers)
·         Pengaruh lingkungan
·         Kondisi-kondisi lain yang tak tergolongkan.



C.      Test diagnostic
·         Pemeriksaan fisik penderita
·         Pemeriksaan kromosom
·         Ultrasonografi (USG)
·         Ekokardiogram (ECG)
·         Pemeriksaan darah (Percutaneus Umbilical Blood Sampling)


D.     Tanda dan gejala
gejala yang muncul pada bayi:
·         keterbelakangan mental,
·         tertunda fungsi motorik dan bicara,
·         kelainan wajah
·         perawakan pendek (pendek tidak tinggi)
·         hiperaktif
·          kejang,
·          kesulitan dengan koordinasi dan keseimbangan
·          kelainan neurologis.

E.      Komplikasi
·         Pengertian tunagrahita sebagai:
1.      Kelainan yg meliputi fungsi inelektual umum di bawah rata-rata (Sub-avarage).yaitu IQ 84 kebawah sesuai tes;
2.      Kelainan yg muncul sebelum usia 16 tahun;
3.      Kelainan yg menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif
Penggolongan tunagrahita secara medis –biologis sbb:
1. Tunagrahita tarat perbatasan (lQ:68 85).
2. Tunagrahita ringan (lQ:36-51).
3. Tunagrahita sedang (lQ:36-51)
4. Tunagrahita sangat berat (lQ:kurang dari 20 ):dan
5. Tunagrahita tak tergolongkan.

Penggolongan anak Tunagrahita secara sosial-psikologis
Berdasarkan kriteria psikometrik yaitu:
1. Tunagrahita ringan (mild mental retardation )=lQ 55-69.
2. Tunagrahita sedang (moderate mental retardation)dengan.lQ 40- 54
3. Tunagrahita berat (severse mental retardation)dengan lQ :20-39.
4. Tunagrahita sangat berat (profound mental retardation)dengan lQ 20 kebawah. 

F.       Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan untuk microcephaly yang dapat mengembalikan kepala anak ke ukuran normal atau bentuk. Perawatan berfokus pada cara-cara untuk mengurangi dampak neurologis terkait cacat dan cacat

G.     Pencegahan
Microcephalus sekunder dapat dihindari dengan vaksinasi yang tepat dan wanita hamil menghindari obat-obatan dan alkohol.


H.     Eidemologi
Data epidemiologi yang tersedia mencakup angka kejadian mikrosefali di beberapa negara atau negara bagian. Di New South Wales angka kejadian mikrosefali pada tahun 1994 tercatat sebesar 0,3 per 1000 kelahiran.2 Data yang di dapat di Georgia menunjukkan bahwa angka kelahiran bayi dengan mikrosefali dari tahun 1989-1994 sebesar 0,04 per 1000 kelahiran.3 Di Minnesota, angka kelahiran bayi dengan mikrosefali primer/kongenital adalah 1 per 40.000 kelahiran (atau 0,025 per 1000 kelahiran)




                                                                                                                                                                                



ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN PENYAKIT MIKROSEPALUS

Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Data subyektif
1)      Ibu klien mengatakan “anak saya tidak ada aktivitas selain baring dan
2)      menggerakkan tubuhnya”
Data obyektif
1) Klien tampak takipnea pada keadaan baring rata
2) Perubahan posisi klien tampak seutuhnya dilakukan oleh keluarga
3) Tampak terpasang O2 1 liter/jam

b. Sirkulasi
Data subyektif
1) Ibu klien mengatakan “anak lahir dengan kepala kecil”
2) Ibu klien mengatakan “saya duga anak saya duga penyakit paru- paru”
3) Ibu klien mengatakan “pertumbuhan anak saya berbeda dengan anak yang lainnya”
Data obyektif
1) Lingkar kepala
2) Napas terdebgar Rales dengan frekuensi napas 48x/menit
3) Klien tampak tidak ada pertahanan tubuh yang kuat

c. Integritas Ego
Data subyektif
1) Ibu klien mengatakan “anak saya tergantung pada kami”

d. Eliminasi
Data subyektif
1) Bapak klien mengatakan “anak ngompol 5x”
2) Bapak klien mengatakan “anak saya sudah BAB hancur 4x”
3) Orangtua klien mengatakan “banyak dahak putih di mulut anak”
Data obyektif
1) Urine tampak encer, pucat dan ngompol, feses warna kuning
2) Abdomen rata
3) Bising usus 30x/menit
4) Tampak ada asepto menghisap lender

e. Makanan/Cairan
Data subyektif
1) Keluarga klien mengatakan “anak saya tidak mampu makan/minum”
Data obyektif
1) BB=5,5 kg. BB turun 2 kg
2) Ada SH dan IV
3) Kulit DBN



f. Hygiene
Data subyektif
1) Bapak klien mengatakan “saya selalu membersihkan anak saya”
Data obyektif
1) Klien tampak bersih

g. Neurosensori
Data subyektif
1) Ibu klien mengatakan “klien kadang kejang-kejang sebentar
Data obyektif
1) Otot seluruh tubuh tampak spasme
2) Tangan tampak mengepal
3) Tampak tegang

h. Pernapasan
Data subyektif
1) Keluarga mengatakan “anak saya susah bernapas dan sering batuk”
Data obyektif
1) Napas terdengar Rales kuat dengan frekuensi napas 48x/menit
2) Terpasang O2 dan SH
3) Mulut selalu terbuka
4) Tampak sputum putih di dalam mulut klien

i. Interaksi social
Data subyektif
1) Ibu klien mengatakan “anak saya bisa melihat kepada orang yang berbicara pada anaknya”
Data obyektif
1) Tampak melihat kearah suara yang memanggil nama klien
2) Klien tampak sangat disayangi oleh keluarga


Diagnosa Keperawatan
a.       Bersihan jalan napas takefektif berhubungan dengan peningkatanproduksi sputum
b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan status mental/tingkat kesadaran
c.       Kurang volume cairan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral
d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
e.      Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi









Nursing Care Plane

Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Bersihan jalan napas takefektif b / d peningkatanproduksi sputum
Tujuan: Ventilasi dan oksigen adekuat untuk kebutuhan individu

Kriteria: Menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas

1.       Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada



2.       Penghisapan sesuai indikasi





3.       Bantu mengawasi efek pengobatan nebuliser dan fisioterapi lain, mis., spirometer insentif, IPPB, tiupan botol, perkusi, drainase postural.

4.       Lakukan diantara waktu makan dan batasi cairan bila mungkin.







5.       Kolaborasikan
1.       Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
2.       Merangsang batukpembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk takefektif atau penurunan tingkat kesadaran
3.       Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret. Koordinasi pengobatan/jadwal dan majukan oral mengurangi muntah karena batuk, pengeluaran sputum.
4.       alat untuk mengurangi spasme bronkus dengan mobilisasi sekret. Analgesik diberikan untuk memperbaiki batuk dengan mengurangi ketidaknyamanan tetapi harus digunakan secara hati-hati, karena dapat mengurangi upaya batuk/menekan pernapasan
5.       mengkolaborasikan dengan dokter dan apoteker.


Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan status mental/tingkat kesadaran

Tujuan: Masukan nutrisi adekuat untuk kebutuhan individu

Kriteria: BB progresif kearah tujuan dengan nilainya bebas dari nutrisi.
1.       Kaji status nutrisi secara kontinue, selama perawatan setiap hari, perhatikan tingkat energi; kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan/anoreksia.
2.       Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan BB saat penerimaan.





3.       Dokumentasikan masukan oral slama 24 ja, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.

4.       Berikan larutan nutrisi pada kecepatan yang dianjurkan melalui alat kontrol infus sesuai kebutuhan. Atur kecepatan pemberian setiap jam sesuai anjuran. Jangan meningkatkan kecepatan untuk “mencapai”.


5.       Pertahankan retensi selang pemberian makan enteral dengan membilas air hangat, sesuai indikasi

1.       memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi.

2.       Membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecendrungan dalam penurunan/penambahan BB.
3.       Mengidentifikasikan ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual.
4.       Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada perkiraan kebutuhan kalori dan protein. Kecepatan konisten dari pemberian nutrisi akan menjamin penggunaan tepat dengan efek samping lebih sedikit, seperti hiperglikemia/sindrom dumping.
5.       Formula enteral mengandung protein yang menghambat selangpemberian makan (silikon) mungkin daripada selang poliuretan yang memerlukan
pembuangan/pergantian selang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar