1. PENGERTIAN TONSILITIS
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah peradangan amandel sehingga amandel menjadi bengkak, merah, melunak dan memiliki bintik-bintik putih di permukaannya. Pembengkakan ini disebabkan oleh infeksi baik virus atau bakteri.
Klasifikasi Tonsilitis
1. Tonsillitis akut
Tonsilitis akut dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis permukaan nya yang diliputi eksudat (nanah) berwarna putih kekuning- kuningan.
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
Dari kedua Tonsilitis viral dan Tonsilitis Bakterial dapat meenimbulkan gejala perkembangan lanjut tonsillitis akut yaitu :
· Tonsilitis folikularis dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis dengan permukaannya berbentuk bercak putih yang mengisi kripti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdiri dari leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan, dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
· Infiltrat peritonsiler dengan gejala perkembangan lanjut dari tonsiitis akut. Perkembangan ini sampai ke palatum mole (langit-langit), tonsil menjadi terdorong ke tengah, rasa nyeri yang sangat hebat , air liur pun tidak bisa di telan. Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar darah.
· Abses peritonsil dengan gejala perkembangan lanjut dari infiltrat peritonsili. Dan gejala klinis sama dengan infiltrat perintonsiler. Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar NANAH.
2. Tonsilitis membranosa
Tonsilitis membranosa dengan gejala eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut meluas menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau di buang dan berwarna putih kekuning- kuningan.
Tonsilitis lakunaris dengan gejala bercak yang berdekatan, bersatu dan mengisis lakuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.
a. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan
tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
(Soepardi,Efiary Arsyad,dkk 2007)
2. ANATOMI FISIOLOGI
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap
kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas.
Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama:
1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.
3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai
Stadium.
Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas “warisan” dari ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain yang ada di seluruh
tubuh belum bekerja secara optimal.
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral.
Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “ dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid
akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis
media pada anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.
3. ETIOLOGI TONSILITIS
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections).
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
· Pneumococcus
· Staphilococcus
· Haemalphilus influenza
· Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
· Streptococcus B hemoliticus grup A
· Streptococcus viridens
· Streptococcus pyogenes
· Staphilococcus
· Pneumococcus
· Virus
· Adenovirus
· ECHO
· Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
4. PATOFISIOLOGI
| ||||||||
| ||||||||
|
| |||||||||||
5. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia (sakit di telinga)
14. Malaise
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia (sakit di telinga)
14. Malaise
6. TEST DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
ü Leukosit : terjadi peningkatan
ü Hemoglobin : terjadi penurunan
ü Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
ü Terapi
ü Tes Schick atau tes kerentanan di ptori
ü Audiometri : adenoid terinfeksi
7. KOMPLIKASI
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
o Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
o Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
o Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
o Laringitis
o Sinusitis
o Abses paraparineal
o Abses Retrofaringeal
o Adenitis servikal supuratif
o Ketulian permanen
o Komplikasi sistemik : radang ginjal akut dan demam rematik
8. PENCEGAHAN
· Tidak boleh makan sembarangan
· Kebersihan gigi dan mulut
· Imunisasi DPT
· Kumur air hangat 3 X sehari
· Terapi antibiotik
· Kompres hangat di leher
· Operasi tonsil
· Menghindari kontak langsung penderita tonsillitis
9. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a) Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b) Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Ø Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
Ø Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
Ø Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
Ø Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Ø Hemoragi
Merupakan komplikasi potensial setelah tonsilektomi. Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau dengan warna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernapasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Siapkan alat yang digunakan untuk memeriksa tempat operasi terhadap pendarahan : sumber cahaya, cermin, kasa, hemostat lengkung, dan basin pembuang. Kadang, akan berguna jika dilakukan menjahit atau meligasi pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi pendarahan lebih lanjut , beri pasien es dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk tidak banyak bicara dan batuk karena dapat menyebabkan nyeri tenggorok.
Bilas mulut alkalin dan larutan normal salinhangatà mengatasi lendir kental yang mungkin ada setelah operasi tonsilektomi ( masih dipertanyakan keefektivitasannya).
Diet cairan atau semicari beberapa hari . Serbat dan gelatin adalh makanan yang dapat diberikan . Makanan yang harus dihindari adalah makanan pedas, dingin, panas, asam, atau mentah. Makanan yang dibatasi adalah makanan yang cenderung meningkatkan mukus yang terbentuk misanya susu dan produk lunak (es krim).
Pendidikan yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah tentang tanda dan gejala hemoragi. Biasanya tanda dan gejala muncul 12-24 jam pertama. Paien diinstruksikan untuk melapor setiap pendarahan yang terjadi.
c) Pasca operasi
· Pemantauan keperawatan kontinu diperlukan pada pasca operasi segera
· Periode pemulihan karena risiko signifikan hemoragi
· Kepala dimiringkan kesampingà memungkinkan drainase dari mulut dan faring à memberi kenyamanan posisi
· Napas oral dilepaskan à jika menunjukkan reflek menelan
· Collar es dipasang pada leher, dan basin serta tisu disiapkanà ekspectorasi darah dan lendir
d) Analgetik
e) Antipiretik
(Brunner & Suddart.(2001).Kperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Volume 2. Jakarta.EGC)
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Kompres air hangat
b) Istirahat yang cukup
c) Cairan diberikan adekuat
d) Banyak minum air hangat
e) Diit cairan atau lunak sesuai kondisi pasien
INDIKASI TINDAKAN TONSILAKTOMI
INDIKASI ABSOLUT:
- Tonsil (amandel) yang besar hingga mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri telan yang berat, gangguan tidur atau sudah terjadi komplikasi penyakit-penyakit kardiopulmonal.
- Abses peritonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan. Dan pembesaran tonsil yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan wajah atau mulut yang terdokumentasi oleh dokter gigi bedah mulut.
- Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam.
- Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan untuk menentukan gambaran patologis jaringan.
INDIKASI RELATIF:
- Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak menunjukkan respon sesuai harapan dengan pengobatan medikamentosa yang memadai.
- Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada Tonsilitis kronis yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan.
- Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman Streptokokus yang tidak menunjukkan repon positif terhadap pengobatan dengan antibiotika.
- Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai berhubungan dengan keganasan (neoplastik)
KONTRAINDIKASI
Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi melakukan pembedahan tonsil karena bila dikerjakan dapat terjadi komplikasi pada penderita, bahkan mengancam kematian. Keadaan tersebut adalah kelainan hematologik, kelainan alergi-imunologik dan infeksi akut. Kontraindikasi pada kelainan hematologik adalah anemi, gangguan’ pada sistem hemostasis dan lekemi. Pada kelainan alergi-imunologik seperti penyakit alergi pada saluran pernapasan, sebaiknya tidak dilakukan tonsilektomi bila pengobatan kurang dari 6 bulan kecuali bila terdapat gejala sumbatan karena pembesaran tonsil. Pembedahan tonsil sebagai pencetus serangan asthma pernah dilaporkan. Tonsilektomi juga tidak dikerjakan apabila terdapat infeksi akut lokal, kecuali bila disertai sumbatan jalan napas atas. Tonsilektomi sebaiknya baru dilakukan setelah minimal 23 minggu bebas dari infeksi akut. Di samping itu tonsilektomi juga tidak dilakukan pada penyakit-penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti diabetes atau penyakit jantung pulmonal
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Hari/tanggal : Rabu, 28 Oktober 2010-10-28
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Delima
Oleh : Perawat Lina
A. Identitas Klien
Nama : Nn.T
Umur : 19 th
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sleman,Jogjakarta
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku : Jawa, Indonesia
Diagnosa Medis : Tonsilitis Akut
Tanggal Masuk RS : 28 Oktober 2010
No.RM : 430055
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 42 th
Alamat : Sleman,Jogjakarta
Hubungan : Ibu
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan.
B. Keluhan Tambahan :
- Suara serak
- Merasa lesu
- Tidak nafsu makan
- Nafas berbau
C. Alasan masuk rumah sakit :
Nyeri yang tidak tertahankan
D. Riwayat penyakit lalu :
Belum pernah mengalami penyakit pernapasan
E. Riwayat penyakit sekarang :
Awalnya klien demam selama 2 hari. Kemudian klien mengukur suhu dan diperoleh suhu 38,20C. Setelah itu klien memutuskan untuk periksa ke rumah sakit X, karena ia mengalami nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan. Saat dilakukan pemeriksaan bagian mulut terjadi pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring. Klien kemudian disarankan untuk dilakukan pemeriksaan kultur : usap tonsilar. Ternyata hasilnya positif terdapat Streptococcus group A. Tim medis menyarankan klien untuk dilakukan operasi dan klien menyetujui.
III. Pengkajian Fisik
A. Tanda-tanda vital :
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 22x/menit
TD : 100/60 mmHg
Suhu : 38,20 C
B. Pemeriksaan mulut dan tenggorok :
- Berbicara kurang jelas
- Suara serak dan parau
- Warna lidah merah
- Palatum simetris
- Uvula simetris
- Napas bau
- Tonsil = T3 (kanan dan kiri)
C. Pemeriksaan Fisik :
- Pemeriksaan kepala : bentuk nesochepal, rambut hitam, tipis dan bersih
- Pemeriksaan mata : tidak ada sekret di sudut mata, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, pasien bisa membaca dan membedakan warna.
- Pemeriksaan telinga : bersih, tidak ada cairan keluar, simetris antara kanan dan kiri
- Pemeriksaan hidung : bersih dan tidak ada sekret
- Pemeriksaan mulut dan tenggorokan : tidak ada caries pada gigi, terdapat pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring.
- Pemeriksaan leher : JVP tidak meningkat
- Pemeriksaan dada : ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai oleh
DS:
- Pasien mengatakan nyeri saat menelan
- Klien mengatakan nyeri hanya di tenggorok
DO :
- Saat menelan pasien meringis
- Pasien gelisah
- Tonsil merah dengan bercak keputih-putihan
- Tonsil : T3 kanan dan kiri
2. Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan tonsilektomi ditandai oleh :
DS:
- pasien mengatakan takut operasi
DO :
- pasien gelisah
- pasien murung
- TDà 100/60 mmHg
- Nadi à 84x/menit
- RRà 22x/menit
- Suhu à 38,20C
- Akan dilakukan tonsilektomi
3. Kurang pengetahuan mengnai kondisi berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan
DS:
- Pasien mengeluh deman
- Pasien mengatakan susah menelan
- Pasien mengatakan sakit tenggorokan
- Pasien mengatakani tidak pernah mengalami sakit seperti ini
- Pasien mengatakan tidk tau mengenai tonsilektomi
DO:
- Pasien bertanya mengapa ia demam
- Pasien bertanya mengapa harus dilakukan tonsilektomi
- Pasien terlihat bingung
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil, ditandai oleh :
DS :
- Pasien mengatakan demam
DO :
- Suhu : 38,20C
- RR : 22 x/menit
- Nadi : 84 x/menit
- TD : 100/60 mmHg
- Tonsil : T3
5. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya anoreksia ditandai oleh :
DS :
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan sakit saat menelan
DO :
- Pasien lemas
- Kulit kering
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Nn.T
Ruang : Delima
Tanggal :28 oktober 2010
No. | Diagnosa Keperawatan | Tujuan dan Kriteria Hasil | Rencana Tindakan | Rasional |
1. | Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai oleh DS: - Pasien mengatakan nyeri saat menelan - Klien mengatakan nyeri hanya di tenggorok DO : - Saat menelan pasien meringis - Pasien gelisah - Tonsil merah dengan bercak keputih-putihan - Tonsil : T3 kanan dan kiri | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam nyeri yang dialami pasien menurun dengan kriteria : DO : - Pasien menunjukkan nyeri berkurang (skala 3) DO : - Pasien lebih rileks | 1. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan 2. Anjurkan perilaku penggunaan manajemen stress 3. Berikan analgetik, misalnya kodein; ASA; dan darvan sesuai indikasi | 1. Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri / ketidaknyamanan 2. Meningkatkan rasa sehat 3. Analgetik dapat menurunkan rasa nyeri |
2. | Ansietas berhuungan dengan akan dilakukannya tindakan tonsilektomi ditandai oleh : DS: - pasien mengatakan takut operasi DO : - pasien gelisah - pasien murung - TDà 100/60 mmHg - Nadi à 84x/menit - RRà 22x/menit - Suhu à 38,20C - Akan dilakukan tonsilektomi | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam pasien menunjukkan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan kriteria : DS : Pasien mengatakan sudah tidak begitu takut DO : Pasien lebih rileks | 1. Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis. Hindari argumen mengenai persepsi pasien terhadap situasi tersebut 2. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menyatakan perasaan 3. Tunjukkan / dorong tindakan relaksasi misalnya imajinasi | 1. Dapat mengurangi ansietas dan ketidak mampuan pasien untuk membuat pilihan/keputusan berdasarkan realita 2. Memberi kesempatan untuk menerima masalah, memperjelas kenyataan takut, dan menurunkan ansietas sampai ke tingkat yang dapat diterima 3. Memberi manajemen aktif situasi untuk menunkan perasaan tak berdaya |
3 | Kurang pengetahuan mengnai kondisi berhubungan dengan kurang informasi ditandai dengan DS: - Pasien mengeluh deman - Pasien mengatakan susah menelan - Pasien mengatakan sakit tenggorokan - Pasien mengatakani tidak pernah mengalami sakit seperti ini - Pasien mengatakan tidk tau mengenai tonsilektomi DO: - Pasien bertanya mengapa ia demam - Pasien bertanya mengapa harus dilakukan tonsilektomi - Pasien terlihat bingung | Setelah dilakukan tindakkan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan pasien memahami mengenai penyakitnya dengan kriteria : DS : - Pasien mengatakan sudah paham mengenai penyakitnya DO: - Pasien lebih rileks | 1. Tegaskan jumlah persiapan pra operasi dan retensi informasi.Kaji tingkat ansietas sehubungan dengan diagnosis dan pmbedahan 2. Berikan atau ulang penjelasan pada tingkat penerimaan pasien. Diskusikan ketidakakuratan dalam persepsi tentang proses penyakit dan terapi bersama klien dan orang terdekat | 1. Informasi dapat memberikan petunjuk tentang reaksi pasien pasca operasi. Ansietas dapat mempengaruhi pemahaan informasi yang diberikan sebelum operasi 2. Terdapat stresor yang berlebihan dan mungkin disertai dengan pengetahuan yang terbatas. Salah satu konsep kadang tak dapat dihindari, namun ketidakberhasilan untuk mengali dan memperbaikinya dapat mengakibatkan kegagalan pasien mencapai kemajuan kesehatan |
artikel yang sangat menarik dan bermanfaat, makasih banyak...
BalasHapushttp://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/